Siang itu terasa terik sekali, Shandy menghentikan  langkahnya dan berteduh pada sebuah pohon. Barang dagangannya belum ada  yang terjual sama sekali, dia merasa lapar sekali padahal dikantongnya  cuma ada uang lima ratus rupiah. Orang tuanya yang miskin tidak mampu  membiayai Shandy sekolah namun tekadnya untuk belajar sangat tinggi  sehingga setiap hari dia rela menelusuri jalan, keluar masuk komplek  perumahan untuk berjualan dan hasilnya untuk membiayai sekolahnya.
Karena merasa sangat lapar akhirnya Shandy memutuskan untuk mengetuk  pintu sebuah rumah dan berniat minta makanan untuk sekedar mengganjal  perutnya, namun dia segera kehilangan keberaniannya ketika seorang gadis  cantik telah membukakan pintu. Shandy tidak berani minta makanan,  sedikit tergagap dia berkata, “boleh saya minta air minum”.
Gadis itu melihat bahwa si anak ini tampak kelaparan, gadis itu  tersenyum lalu berkata, “tunggu sebentar”, dan tak lama kemudia gadis  itu keluar dengan membawakannya segelas besar susu. Shandy pun  meminumnya perlahan-lahan. “Berapa harus kubayar segelas susu ini?” kata Shandy. “Kau tidak harus membayar apa-apa,” jawab si gadis. “Namaku Melati,  ibu melarangku menerima pembayaran atas kebaikan yang kulakukan.” Shandy begitu terharu, dan berkata, “Bila demikian, ku ucapkan  terima kasih.”
Shandy lalu meninggalkan rumah itu. Ia tidak saja lebih kuat badannya, tapi keyakinannya kepada Allah dan  kepercayaannya kepada sesama manusia menjadi semakin mantap. Sebelumnya  ia telah merasa putus asa dan hendak menyerah pada nasib.
**************
Beberapa tahun kemudian Melati menderita sakit parah. Para dokter setempat kebingungan sewaktu mendiagnosa penyakitnya.  Mereka lalu mengirimnya ke kota besar dan mengundang beberapa dokter  ahli untuk mempelajari penyakit langka si pasien. Dokter-dokter terbaik  dipanggil ke ruang konsultasi untuk dimintai pendapat.
Ketika mendengar nama pasien dan kota asal si pasien, terlihat  pancaran aneh dari mata salah seorang Dokter. Ia segera bangkit lalu berjalan di lorong rumah sakit dengan berpakaian  dokter untuk menemui si pasien. Dokter itu segera mengenali wanita sakit  itu. Ia lalu kembali ke ruang konsultasi dengan tekad untuk  menyelamatkan nyawanya.
Sejak hari itu Dokter tersebut memberikan perhatian khusus pada  kasus si pasien. Setelah dirawat cukup lama, akhirnya si pasien bisa  disembuhkan. Dokter itu meminta kepada bagian keuangan agar tagihan  rumah sakit diajukan kepadanya dahulu untuk disetujui sebelum diserahkan  kepada si pasien.
Nota tagihan pun kemudian dikirimkan ke kantornya. Ia mengamati sejenak  lalu menuliskan sesuatu di pinggirnya. Tagihan itu kemudian dikirimkan  ke kamar pasien. Si pasien takut membuka amplop nota tagihan karena yakin bahwa untuk  dapat melunasinya ia harus menghabiskan sisa umurnya.
Akhirnya, tagihan itu dibuka dan pandangannya segera tertuju pada  tulisan di pinggir tagihan itu :
Telah dibayar lunas dengan segelas susu
Tertanda
dr. Shandy
Tertanda
dr. Shandy
Air mata bahagia membanjiri mata si pasien. Ia berkata dalam  hati,“Terima kasih Allah, cinta-Mu telah tersebar luas lewat hati dan  tangan manusia.”
