SELAMAT DATANG DI BLOG INI. MOHON MA'AF BILA ADA YANG KURANG BERKENAN. SEMOGA ARTIKELNYA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA.

Rebo Wekasan

A. Pendahuluan
Salah satu dari tradisi yang sudah mengakar di masyarakat kita adalah rangkaian ritual yang populer dengan sebutan “ REBO KASAN “, yaitu ritual yang dilaksanakan sekali dalam satu tahun setiap hari Rabu akhir pada bulan Shofar, yaitu bulan kedua dari penanggalan Hijriyah.
Respon yang diberikan pada tradisi ini juga terdapat variasi (khilaf) diantara tokoh maupun kelompok masyarakat. Mereka yang beraliansi kepaham Wahabi dengan slogan pembersihan islam dari segala pengaruh tradisi dan budaya yang mereka anggap melanggar ajaran, sudah pasti menolak keras semua bentuk ritual rebo Kasan, karena jelas tidak mungkin di masyarakat arab, terlebih pada zaman Nabi ada istilah Rebo Kasan. Dalam penolakanya kelompok ini selalu membawa yel-yel dan atribut kefahaman mereka dari bendera bid’ah, syirik, khurafat dan semacamnya.

Sementara kelompok yang lain ada yang cenderung menerima tanpa telaah mendalam atas segala bentuk tradisi, khususnya masyarakat awam yang telah melebur dalam ritual agama seperti halnya Rebo Kasan, Sepuluh Suro dan lain sebagainya. Upaya-upaya pembenaranpun dilakukan dengan berbagai cara dari yang konfensional dengan menggunakan dogma agama sampai argumen-argumen yang terkadang sulit dipahami oleh masyarakat awam. Dalam hal ini kelompok islam kejawen ada didalam dan diluar keduanya. Adapula sekelompok yang mencoba mendudukkan persoalan pada porsinya, Karena tidak mungkin semua tradisi itu bid’ah namun tidak pula semua tradisi dibenarkan, disinilah kelompok Ahlussunnah yang tergabung dalam NU.


B. Istilah Rebo Kasan


Istilah Rebo Kasan sendiri terjadi selisih pendapat. Sebagian mengasumsikan kata kasan merupakan penggalan dari kata Pungkasan yang berarti akhir dengan mambuang suku kata depan menjadi kasan Teori  ini lebih mudah dimengerti. sebab Rebo Kasan adalah hari rabu yang terakhir dari bulan Sapar atau Shofar, bulan kedua dari penanggalan hijriyyah.

Sebagian yang lain memahami kata Kasan merupakan penggalan dari kata Wekasan yang dalam Bahasa Indonesia mempunyai arti Pesanan, Berangkat dari teori ini istilah  Rebo Kasan berarti hari Rebo yang spesial tidak seperti hari-hari Rabo yang lain.  Seperti barang pesanan yang dibikin secara husus dan tidak dijual kepada semua orang. Kesimpulan ini bisa dipahami oleh karena Rebo Kasan memang hanya terjadi sekali dalam setahun dimana para sesepuh manti–manti (wekas) agar hati-hati pada hari itu.


Selain kedua versi tersebut ada satu lagi yang mengasumsikan kata kasan dari kata  bahasa arab hasan yang berarti baik. Kata kasan adalah kata yang utuh bukan penggalan dari kata lain. Walaupun  penalaranya agak sedikit rumit akan tetapi tampak paling mendekati benar karena asumsi yang dipakai keutuhan kalimatnya bukan penggalan dari kalimat lain.

Barangkali kata kasan yang berarti baik sengaja dibubuhkan untuk memberi sugesti pada umat atau masyarakat agar tidak terlalu cemas dengan gambaran yang ada pada hari Rebo Kasan tersebut.

C. Asal Mula Ritual Rebo Kasan

Disebutkan dalam banyak sumber dari referensi Islam Klasik bahwa salah seorang Waliyulloh yang telah mencapai makom kasyaf (mendapatkan ilmu tentang sesuatu yang sulit dimengerti orang lain seperti hal–hal gaib) mengatakan bahwa dalam setiap tahun Alloh SWT menurunkan bala’ sebanyak 320.000 (tiga ratus dua puluh ribu) macam dalam satu malam. Malam itu bertepatan setiap malam Rebo akhir dari bulan Shofar.

Oleh karena itu Wali tersebut memberi nasahat mengajak pada umat untuk bertaqorrub pada Alloh seraya meminta agar dijauhkan dari semua bala’ yang diturunkan pada hari itu. Lebih jauh beliau memberi tuntunan tatacara bertaqorrub dengan rangkaian do’a-do’a yang dalam istilah jawa lebih dikenal sebagai do’a tolak bala. Pada intinya rangakian doa itu diberikan oleh para wali-wali Alloh sebagai upaya memohon kepada Alloh untuk diberikan keselamatan dan di jauhkan dari semua macam bala yang diturunkan pada hari itu. Tata cara dan bentuk do’a yang diberikanpun berbeda – beda dari satu guru keguru yang lain.

Inilah asal muasal ritual Rebo Kasan yang mengakar dan di lakukan oleh masyarakat dari generasi ke generasi.

D. Bentuk Ritual

             Bentuk ritual rebo kasan yang banyak  dilakukan meliputi empat macam, yaitu : Sholat yang populer di masyarakat dengan sebutan sholat tolak bala atau sholat rebo kasan, doa kemudian minum air jimat dan yang keempat selamatan. Berikut ini kupasan keempat macam ritual tersebut akan teteapi oleh karena pembahasan sholat cukup panjang maka kupasannya kami posisikan paling belakang.

a. Do’a
Diantara do’a-do’a  yang banyak dibaca pada hari Rebu Kasan adalah rangkaian do’a seperti yang terdapat pada kitab Kanzun Najah karya Abdul Hamid Kudus halaman 26, dan pada kitab-kitab yang lain. Meskipun silsilah do’a itu sendiri disusun oleh siapa sejauh ini belum dapat ditelusuri dengan pasti, namun demikian melihat lafal dan makna dari do’a itu sendiri tidak ada yang pelu diperdebatkan panjang. Persolannya kembali pada persoalan klasik seputar hukum tawassul dan Do’a Bighoiril Ma’tsur yang kajianya sudah banyak dilakukan.

b. Minum air azimat
Disebutkan dalam kitab Nihayatuz Zain karya imam Nawawi Aljawi Albantani yang merupakan syarah atau penjelasan dari kitab matan Fiqih Qurrotul ‘Ain, barang  siapa yang menulis ayat salamah tujuh yaitu tujuh ayat Alqur’an yang diawali dengan lafal Salaamun : “Salaamun Qoulammirrobirrohim, Salaamun ‘ala nuhin fil’alamin, Salaamun ‘ala ibrohiim, Salaamun ‘ala musa wa harun, Salaamun ‘ala ilyasin, Salaamun ‘alaikum thibtum fadkhuluha kholidin,  Salaamun hiya hatta mathla’il fajr.” Kemudian tulisan tersebut dilebur/direndam dengan air, maka barang siapa yang mau meminum air tersebut akan diselamatkan dari baliyyah/bala’ yang diturunkan.

c. Selamatan
Pada sebagian masyarakat disamping ritual-ritual diatas dilakukan pula selamatan dengan membagikan nasi pada tetangga dan saudara. Disebagian daerah nasi itu dibawa ke suatu tempat seperti Masjid atau Musholla untuk dinikmati bersama-sama. Mereka yang tidak mampu membuat nasi cukup membawa jajan  atau minuman. Semua itu dilakukan sebagai bentuk taqorrub dengan mengeluarakan sebagian haknya/shodaqoh didasari harapan diselamatkan dari segala bentuk bala’ dengan sodaqohnya. Sesuai dengan tuntunan yang artinya bahwa Sodaqoh itu dapat menangkal turunya  bala’.

d. Sholat Sunnah
Pada dasarnya sholat yang husus untuk Rabu Kasan atau sholat tolak bala tidak ada dalam literatur islam, seperti halnya sholat roghoib dan semacamnya. Hal ini berbeda dengan ritual-ritual yang lain seperti do’a, dzikir dan lain sebagainya dimana pada selain sholat bisa diakomodir bentuk-bentuk baru yang belum dikenal sebelumnya. Sedang sholat segala sesuatunya sudah ditentukan dari mulai tatacara sholat sampai jenis-jenis atau macam-macam sholat. Dengan kata lain dalam sholat tidak ada ruang inovasi baru baik dalam tatacara maupun macam-macamnya.

Lalu bagaimana dengan sholat sunnah yang dilakukan secara khusus setiap Rabu Kasan?

Dari uraian di atas kita bisa menyimpulkan bahwa sholat yang dilakukan tidak mungkin bentuk sholat baru apapun namanya, akan tetapi mesti include dalam salah satu bentuk sholat yang sudah ditentukan dan dikenal pada zaman Rosululloh SAW. Lanjutannya.....