Penelitian  pendidikan pada umumnya  mengandung dua ciri pokok, yaitu logika  dan pengamatan empiris (Babbie,  1986:16). Kedua unsur penciri  pokok penelitian ini harus dipakai dengan  konsisten, artinya dua unsur  itu harus memiliki hubungan  fungsional-logis.  
Dalam  hal ini logika merujuk kepada : 
(a)     pemahaman  terhadap teori yang digunakan. 
(b)  asumsi dasar yang digunakan oleh  peneliti ketika akan memulai kegiatan  penelitian.
Di samping itu  pengamatan empiris bertolak  dari :
(a)   hasil kerja indera manusia dalam  melaksanakan  observasi.
Kegiatan antara penggunaan  logika dan pengamatan empirik  harus  berjalan konsisten, artinya kedua  unsur (logika dan pengamatan  empiris) harus memiliki keterpaduan dan  memungkinkan terjadi dialog  intensif. Dengan demikian pengamatan  empiris harus dilakukan sesuai  dengan pertimbangan logis yang ada. 
Sebagai  contoh: dalam bidang  pendidikan menurunnya prestasi siswa dapat  diterangkan dengan asumsi  bahwa (a) telah terjadi berkurangnya minat  siswa terhadap mata pelajaran  tertentu di sekolah sebagai akibat dari  terbatasnya prasarana  laboratorium dan buku penunjang belajar (b) telah  terjadi penurunan  rerata nilai ujian untuk matakuliah tertentu,  disebabkan  guru belum  memahami pelaksanaan kurikulum yang berbasis  kepada KTSP (kurikulum  tingkat satuan pendidikan). 
Disamping  itu, Penelitian pendidikan sebenarnya juga merupakan suatu  proses  untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar konsep yang  dijadikan  bahan kajian dalam penelitian. Setiap konsep yang dikembangkan   sebagai variabel penelitian harus dapat menunjukkan beberapa  indikator   empirik yang ada di lapangan. Sebagai contoh  : konsep kemampuan  mengajar  guru, maka indikator empirik yang dapat diketahui adalah  : 
(a) kemampuan  penggunaan metode belajar guru di dalam  kelas. 
(b) penguasaan materi  belajar pada mata pelajaran tertentu  di kelas.
(c) kemampuan guru  mengadakan asosiasi beberapa mata  pelajaran tertentu di kelas. 
Pada  hakekatnya sebuah penelitian  adalah pencarian jawaban dari  pertanyaan yang ingin diketahui jawabannya  oleh peneliti.  Selanjutnya hasil penelitian akan berupa  jawaban atas pertanyaan yang  diajukan pada saat dimulainya penelitian.  Untuk menghasilkan jawaban  tersebut dilakukan pengumpulan, pengolahan  dan analisis data dengan  menggunakan metode tertentu.
Biasanya,  begitu seorang peneliti  mendapatkan ide adanya masalah atau pertanyaan  tertentu, maka pada saat  itu juga seorang peneliti mungkin sudah  mempunyai jawaban sementara atas  masalah itu. Dengan demikian seorang  peneliti harus berfikir : Apakah  masalah  yang sedang terjadi, apakah  pertanyaan  yang ingin dicari  jawabnya, atau apakah hipotesis yang akan  diuji. 
Dalam melakukan  penelitian, berbagai macam  metode digunakan seiring dengan rancangan  penelitian yang digunakan.  Beberapa pertanyaan yang perlu dijawab dalam  menyusun  rancangan  penelitian diantaranya adalah: Pendekatan apa yang  akan digunakan,  metode penelitian dan cara pengumpulan data apa yang  dapat digunakan  dan bagaimana cara menganalisis data yang diperoleh.
Yang  perlu diperhatikan bahwa sifat masalah  akan menentukan cara-cara  pendekatan yang sesuai, dan akhirnya akan  menentukan rancangan  penelitiannya. Saat ini berbagai macam rancangan  penelitian telah  dikembangkan dan salah satu jenis rancangan penelitian  adalah Penelitian   Deskriptif.  
Berbagai macam definisi   tentang penelitian deskriptif, di antaranya adalah penelitian yang   dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel   atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan   antara variabel satu dengan variabel yang lain (Sugiyono : 2003). 
Pendapat  lain mengatakan bahwa, penelitian deskriptif merupakan   penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status   suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada   saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto : 2005). 
Jadi  tujuan  penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara  sistematis,  faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat  populasi atau  daerah tertentu. Dalam arti ini pada penelitian  deskriptif sebenarnya  tidak perlu mencari atau menerangkan saling  hubungan atau komparasi,  sehingga juga tidak memerlukan hipotesis. 
Namun  demikian, dalam  perkembangannya selain menjelaskan tentang situasi  atau kejadian yang  sudah berlangsung sebuah penelitian deskriptif juga  dirancang untuk  membuat komparasi maupun untuk mengetahui hubungan atas  satu variabel  kepada variabel lain. Karena itu pula penelitian  komparasi dan korelasi  juga dimasukkan dalam kelompok penelitian  deskriptif (Suharsimi Arikunto  : 2005).  
Secara  lebih mendalam tujuan penelitian  korelasi  adalah untuk  mengetahui sejauh mana hubungan antar variabel  yang diteliti.  Penelitian jenis ini memungkinkan pengukuran beberapa  variabel dan  saling hubungannya. Hasil yang diperoleh adalah taraf atau  tinggi  rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak ada saling  hubungan  tersebut. Dalam penelitian komparatif akan dihasilkan informasi   mengenai sifat-sifat gejala yang dipersoalan, diantaranya apa sejalan   dengan apa, dalam kondisi apa, pada urutan dan pola yang bagaimana, dan   yang sejenis dengan itu. 
Dalam kaitannya dengan tugas  mengajar guru  maka jenis penelitian yang diharapkan adalah  penelitian yang  memiliki dampak terhadap pengembangan profesi guru dan  peningkatan mutu  pembelajaran. Untuk itu walaupun penelitian yang  dilakukan  merupakan penelitian deskriptif yang bersifat ex post facto,  namun tetap  harus mendeskripsikan upaya yang telah dilakukan guru  untuk  memecahkan masalah dalam pembelajaran (Suhardjono: 2005). 
Upaya  tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran yang baru,  metode  penilaian atau upaya lain dalam rangka memecahkan masalah yang   dihadapi guru atau dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Dilihat   dari syarat penelitian deskriptif yang sesuai dengan kegiatan   pengembangan profesi tersebut (mendeskripsikan upaya yang telah   dilakukuan), sebenarnya penelitian seperti itu dapat dikategorikan   sebagai jenis penelitian Pre Experimental Design One Shot Case Study   atau One-Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono: 2003). 
Namun  demikian,  karena pelaksanaan penelitian dilakukan setelah kejadian  berlangsung  maka tetap dapat dikatakan sebagai penelitian deskriptif.  Lebih  tepatnya, rancangan penelitian seperti itu dapat disebut penelitian   deskriptif analitis yang berorientasi pemecahan masalah,  karena  sesuai dengan aplikasi tugas guru dalam memecahkan masalah  pembelajaran  atau dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran.   
