Tahapan penelitian deskriptif, secara  umum tidak jauh berbeda dengan tahapan penelitian-penelitian yang lain.  Berikut ini disajikan tahapan penelitian deskriptif. 
1. Mengidentifikasi, memilih dan merumuskan masalah penelitian
Penelitian  deskriptif dimulai dari munculnya minat peneliti terhadap suatu fenomena  yang sedang menjadi perhatian peneliti.. Pada suatu saat selalu ada  fenomena yang belum sepenuhnya dimengerti atau mungkin terjadi perbedaan  pendapat tentang suatu fenomena tertentu. Atau mungkin juga dalam  situasi tertentu tidak dapat berjalan dengan semestinya sesuai rencana  dan prosedur yang telah ada. Situasi tersebut menunjukkan ada  kesenjangan antara yang seharusnya dengan kenyataan, antara yang  diperlukan dengan yang tersedia, antara harapan dengan capaian. Hal  tersebut dapat dijadikan obyek penelitian yang unik dan menarik,  sehingga perlu pengembangan atau penyempurnaan melalui penelitian.  Fenomena tersebut kemudian disusun menjadi masalah penelitian yang lebih  jelas dan sistematis dengan memanfaatkan informasi ilmiah yang sudah  tersedia dalam literatur yaitu teori
Ada beberapa alasan perlunya diadakan suatu penelitian  di bidang tertentu: 1) tidak ada informasi sama sekali pada aspek  tertentu pada bidang tersebut; 2) informasi yang ada belum lengkap pada  aspek tertentu pada bidang tersebut; 3) banyak informasi namun perlu  pembuktian kembali kebenarannya dengan data yang lebih mutakhir.  
Untuk memperoleh permasalahan  penelitian tidaklah mudah, seorang peneliti perlu peka, bersikap kritis  dan berfikir logis terhadap fenomena yang terjadi. Penting untuk selalu  mengembangkan ketajaman persepsinya, sehingga lebih cermat dan teliti  pada sesuatu yang perlu dipertanyakan. Selain itu, untuk memperoleh  permasalahan penelitian, seorang peneliti perlu dibekali dengan  scientific mind dan prepared mind. Scientific mind adalah selalu  berpandangan obyektif yang mampu melepaskan diri dari praduga dan   opini pribadi. Bersikap independen, yaitu tidak mudah  terpengaruh oleh pandangan orang lain. Mempunyai wawasan yang luas  berkaitan dengan permasalahan penelitian. Prepared mind maksudnya selalu  siap untuk dapat menangkap permasalahan yang timbul. 
Ada beberapa sumber informasi masalah  penelitian. Masalah penelitian yang bersumber dari literatur sering dan  lazim dgunakan, terutama literatur primer seperti jurnal akademik dan  profesional, jurnal penelitian, laporan penelitian, skripsi. tesis,  desertasi, makalah, buku dan tinjauan pustaka. Tentunya literatur  sebagai sumber masalah penelitian harus memiliki kriteria tertentu yaitu  aktualitas isi sumber tersebut. Pengalaman empirik di lapangan di  bidang profesi se hari-hari merupakan sumber masalah yang potensial.  Sumber masalah penelitian lainnya adalah hasil komunikasi dengan para  ahli atau teman sejawat di bidang terkait, dan juga hasil pengamatan.  Hasil berfikir pribadi seorang peneliti sendiri dapat juga menjadi  sumber masalah penelitian.           
Seperti telah disebutkan dimuka bahwa  dalam penelitian deskriptif hanya melibat-kan satu variabel penelitian.  Oleh karena itu, variabel penelitian tertentu  yang  ditentukan, berangkat dari suatu permasalahan yang menjadi perhatian  pada suatu fenomena. Permasalahan dalam suatu fenomena tersebut  merupakan sesuatu yang urgen terjadi pada masa kini. Penelitian penting  untuk dilakukan yang diharapkan memberikan kontribusi  atau  andil yang jelas dalam bidang profesi atau untuk kepentingan praktis.   Pengulangan penelitian dengan permasalahan yang sama dalam  penelitian deskriptif memungkinkan untuk dilakukan. Misalnya penelitian  pada suatu kurun waktu tertentu atau tempat yang berlainan tentang  masalah yang sama dapat dilakukan pengulangan penelitian.
Ada beberapa kriteria kelayakan yang  perlu diperhatikan dalam menentukan suatu masalah untuk diteliti.  Masalah yang akan diteliti memiliki kontribusi profesionil dan  signifikansi secara ilmiah terhadap ilmu pengetahuan (teoritik) maupun  secara praktis;  mempunyai derajad keunikan dan keaslian;  tersedia sumber data dan memungkinkan untuk pengumpulan data;  tersedianya instrumen pengukuran data; tersedianya dana dan waktu untuk  melaksanakan penelitian; dan sesuai dengan kemampuan peneliti.      
Setelah menentukan  permasalahan penelitian yang akan diteliti, selanjutnya  dirumuskan  masalah penelitian tersebut secara singkat jelas padat dalam bentuk  kalimat tanya. Ditinjau dari cakupan aspek-aspek yang terkait dengan  masalah penelitian maka rumusan masalah penelitian dapat dibedakan  secara umum dan khusus. (Ibnu, Mukhadis, Dasna: 2003). Rumusan masalah  umum menunjukkan keseluruhan permasalahan penelitian secara utuh.  Contoh: Bagaimanakah pelaksanaan Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah  Umum I Malang berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi?
Rumusan masalah khusus yang berfokus  pada aspek-aspek tertentu dari permasalahan yang dikaji. Contoh: 1)  Bagaimanakah kegiatan Guru dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar  Pendidikan Jasmani berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi? 2)  Bagaimanakah kegiatan Siswa dalam pelaksanaan Proses Belajar Mengajar  Pendidikan Jasmani berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi? 3)  Bagaimanakah ketersediaan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan  Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani berdasarkan Kurikulum  Berbasis Kompetensi?
2. Melakukan Kajian Pustaka
Setelah masalah  penelitian ditetapkan, selanjutnya pada tahapan ini peneliti mencari  landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya dengan cara melakukan  kajian pustaka. Tujuan kajian pustaka adalah untuk memperoleh informasi  yang relevan dengan masalah yang diteliti, mempedalam pengetahuan  tentang obyek (variabel) yang diteliti, mengkaji teori dasar yang  berkaitan dengan masalah yang diteliti, mengkaji temua penelitian  terdahulu, dan mencari informasi aspek masalah yang belum tergarap.
Sumber kajian pustaka dapat diperoleh  dari sumber primer dan sekunder. Sumber primer merupakan karangan asli  yang ditulis oleh orang lain secara langsung mengalami, melihat dan  mengerjakan sendiri. Sumber sekunder adalah tulisan tentang penelitian  orang lain. Bahan pustaka yang biasanya tersedia diperpustakaan adalah  ensiklopedia, kamus, buku-buku teks dan buku referensi, buku pegangan,  biografi, indeks, abstrak laporan penelitian, majalah, jurnal dan surat  kabar, skripsi, tesis, desertasi. Bahan pustaka tersebut dapat juga  diperoleh dari instansi atau lembaga tertentu seperti LIPI atau lembaga  yang terkait dengan obyek penelitian.
Kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih bahan  pustaka, yaitu kemuta-khiran dan relevansi. Dengan memilih bahan pustaka  yang mutakhir maka akan diperoleh informasi terbaru dan representatif  sebagai landasan teori obyek yang sedang diteliti. Selain itu, bahan  pustaka yang relevan diperlukan untuk menghasilkan kajian pustaka yang  berkaitan erat dengan masalah yang diteliti.           
3. Merumuskan tujuan penelitian
Tujuan penelitian merupakan ungkapan  sasaran yang akan dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan penelitian  harus dinyatakan dengan kongkrit, jelas dan ringkas dan dinyatakan dalam  bentuk kalimat pernyataan. Isi dan rumusan tujuan penelitian harus  mengacu pada rumusan masalah penelitian. 
Dalam penelitian deskriptif, tujuan penelitian adalah  untuk memperoleh gambaran dan diskripsi secara rinci, sistematis dan  akurat suatu fenomena. Rumusan tujuan peneliti-an deskriptif meliputi  mengklasifikasi dan menguraikan tentang sifat-sifat atau faktor-faktor  fenomena tersebut.  Suatu penelitian ada yang hanya  memerlukan satu tujuan, ada juga mempunyai beberapa tujuan sesuai dengan  sub-permasalahan  (Zainuddin:1988). Contoh rumusan tujuan  penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan  pelaksanaan Pendidikan Jasmani di Sekolah Menengah Umum I Malang  berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Rumusan tujuan penelitian  tersebut dijabarkan lebih rinci berdasakan sub permasalahan penelitian  sesuai rumusan permasalahan, meliputi kegiatan guru, siswa dan  ketersediaan sarana dan prasarana dalam pelaksanaan Proses Belajar   Mengajar Pendidikan Jasmani berdasarkan Kurikulum Berbasis  Kompetensi?
4. Menguraikan kegunaan dan pentingnya penelitian
Dalam bagian ini diuraikan kegunaan dan pentingnya  penelitan yang berisi alasan bahwa masalah yang dipilih memang layak  untuk diteliti. Suatu penelitian adalah sebagai cara mengembangkan  pengetahuan yaitu berupa temuan-temuan baru, merupakan koreksi atau  dukungan terhadap teori yang sudah ada. Suatu penelitian berguna untuk  pengem-bangan teknologi. Mungkin juga suatu penelitian bermanfaat  sebagai penyumbang informasi penting pembuatan kebijakan dan perencanaan  program pembangunan. Kegunaan yang lain adalah sebagai alat pemecahan  masalah-masalah praktis di lapangan dalam bidang tertentu..     
5. Menetapkan Asumsi Penelitian
Asumsi dalam konteks penelitian  diartikan sebagai anggapan dasar, yaitu  suatu pernyataan  atau sesuatau yang diakui kebenarannya atau dianggap benar tanpa harus  dibuktikan lebih dahulu. Asumsi penelitian merupakan pijakan berpikir  dan bertindak dalam melaksanakan penelitian. Menurut sifatnya ada tiga  jenis asumsi, yaitu asumsi konseptual, asumsi situasional dan asumsi  operasional. Asumsi konseptual berakar pada pengakuan akan kebenaran  suatu konsep atau teori. Asumsi situasional diperlukan untuk  mengantisipasi adanya kondisi lokal atau situasi yang bersifat sementara  yang berpotensi mempengaruhi berlakunya suatu hukum atau prinsip yang  dapat menggoyahkan rancangan penelitian. Asumsi operasional bertolak  dari masalah-masalah operasional yang masih dalam jangkauan pengendalian  peneliti. (Ibnu, Mukhadis, Dasna: 2003)
6. Menetapkan Ruang lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian menggambarkan luas dan  batas-batas area penelitian yang akan dilaksanakan. Pada bagian ini  dikemukakan secara pasti faktor-faktor atau variabel-variabel yang  diteliti, subyek atau populasi penelitian, dan lokasi penelitian. Ruang  lingkup penelitian akan menjadi jelas dengan menjabarkan variabel  penelitian menjadi sub-variabel dan indikator-indikatornya. Variabel  adalah faktor yang apabila diukur memberikan nilai yang bervariasi.  Variabel adalah suatu konsep yang mempunyai lebih dari satu nilai,  keadaan, katagori, atau kondisi. Dalam penelitian deskriptif hanya  mempunyai satu variabel, sehingga variabel penelitian tersebut  dijabarkan menjadi sub-variabel dan indikator sesuai dengan permasalahan  yang diteliti.
Keterbatasan  penelitian menunjuk kepada suatu situasidan kondisi yang tidak bisa  dihindari dalam penelitian dan peneliti tidak dapat berbuat banyak untuk  mengendalikan- nya. Situasi dan kondisi tersebut dapat mempengaruhi  kesimpulan hasil penelitian dan merupakan kelemahan penelitian.  Misalnya,  jika penelitian dilakukan di sekolah, tentu ada faktor di luar sekolah  yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti. Meskipun demikian tidak  berarti hasil penelitian menjadi tidak berguna dan keterbatasan  penelitian ini perlu dikemukakan agar pembaca dapat menyikapi temuan  penelitian tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.          
7. Membuat Definisi Istilah/Operasional
Setiap istilah  yang unik, istilah yang mempunyai beberapa pengertian atau dapat  diartikan ganda, yang berhubungan erat dengan konsep-konsep pokok dengan  masalah yang diteliti atau variabel penelitian harus diberi definisi.  Definisi istilah ini penting untuk menyamakan pengertian dan makna  istilah yang dimaksud. Definisi istilah dapat berbentuk definisi  operasional variabel yang diteliti dan dititikberatkan pada pengertian  yang diberikan oleh peneliti. Definisi operasional adalah definisi yang  didasarkan atas sifat-siat sesuatu yang didefinisikan yang dapat diamati  dan diukur. Sehingga dari definisi operasional tersebut akan mengacu  pada cara pengambilan data dan alat pengumpul data yang akan digunakan.     
8. Penyusunan Rancangan Penelitian
Dalam menyusun rancangan penelitian  mencakup pokok-pokok bahasan antara lain 1) menentukan metode/rancangan  penelitian, 2) menentukan populasi dan sampel penelitian, 3) menentukan  instrumen penelitian, 4) mengumpulkan data, dan 5) melaku-kan analisis  data.
Sesuai dengan  tujuan dan sifatnya, pada umumnya penelitian deskriptif meng-gunakan  metode survey. Metode survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang  bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan  menentukan ke-samaan status dengan cara membandingkan dengan standar  yang sudah ditentukan (Suharsimi: 1989). Lebih lanjut dijelaskan bahwa  studi survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang meliputi  sebagai berikut. 1) School survey yang bertujuan meningkatkan efisiensi  dan efektifitas pendidikan. Masalahnya berhubungan dengan situasi  belajar, proses belajar mengajar, personalia pendidikan, siswa dan  hal-hal yang berkaitan dengan yang menunjang proses belajar mengajar. 2)  Job analisis yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai  tugas-tugas dan tanggung jawab karyawan, aktivitas khusus, keterlibatan  dan fungsi anggota organisasi, kinerja dan fasilitas. 3) Analisis  dokumen, sering disebut juga analisis isi analisis aktivitas atau  analisis informasi. Kegiatannya antara lain menganalsis dokumen,  peraturan, keputusan-keputusan dan buku. 4) Public opinion surveys  bertujuan untuk mengetahui pendapat umum tentang sesuatu hal. 5)  Community surveys  disebut juga social surveys atau field  surveys yang bertujuan mencari informasi tentang aspek kehidupan secara  luas dan mendalam yang menyangkut masyarakat dan sekolah. (Van Dalen:  1962).
Menurut  Singarimbun (1987), penelitian survey dapat digunakan untuk maksud  penjajagan (eksploratif), deskriptif, penjelasan (explanatory atau  confirmatory), evaluasi, prediksi penelitian operasional dan  pengembangan indikator-indikator sosial. 
9. Menentukan Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek  atau objek yang menjadi pusat perhatian penelitian. Populasi dapat  berupa himpunan orang, benda, kejadian, gejala, kasus, waktu, tempat.   Populasi dapat berstatus sebagai objek penelitian jika populasi  tersebut sebagai substansi yang diteliti. Populasi penelitian dapat  berstatus sebagai sumber informasi. Dalam penelitian survey, orang atau  sekelompok orang biasanya berfungsi sebagai sumber informasi tentang  hal-hal yang berkaitan dengan dirinya atau fenomena yang berkaitan  dengan dirinya. (Ibnu, Mukhadis dan Dasna: 2003).
Pelibatan populasi dalam suatu  penelitian merupakan suyatu yang ideal. Tetapi dalam suatu penelitian  seringkali tidak dapat menjangkau populasi karena jumlahnya sangat  besar. Dengan beberapa pertimbangan, memungkinkan penelitian populasi  tidak perlu dilakukan. Pertimbangan tersebut adalah pertimbangan  akademik, yaitu berlakunya inferensi statistik dan pertimbangan non  akademik yaitu keterbatasan tenaga, waktu, biaya dukungan logistik dan  kepraktisan. (Ibnu, Mukhadis dan Dasna: 2003). Maka penelitian dapat  hanya menjangkau sebagian dari populasi.  Sebagian populasi  tersebut adalah sampel. Sampel merupakan bagian dari populasi atau  sejumlah anggota populasi yang mewakili populasinya. Karena sampel  mewakili populasi maka sampel harus dipilih sesuai dengan karakteristik  populasi tersebut. Sehingga sampel tersebut benar-benar representatif,  artinya sampel tersebut mencerminkan keadaan populasi secara cermat. 
Cara pengambilan sampel (sampling)  dibedakan menjadi dua yaitu random sampling dan non-random sampling.  Dalam random (acak) sampling, setiap individu anggota populasi mempunayi  kesempatan (probabilitas) yang sama untuk menjadi sampel. Dalam  non-random sampling, kesempatan setiap individu anggota populasi menjadi  sampel tidak sama. Yang termasuk random sampling adalah simple random  sampling (acak sederahana), systematic random sampling, stratified  random sampling (acak stratifiasi atau bertingkat), cluster random  sampling (acak rumpun atau kelompok) dan multistage random sampling  (acak gabungan berbagai cara). Yang termasuk non-random sampling adalah  sampling seenaknya, purposif sampling (sampling bertujuan), quota  sampling..        
Dalam penelitian deskriptif, sampel sebagai sumber data  seringkali disebut responden, tergantung pada cara pengambilan data.  Besarnya sampel tergantung dari homogenitas  karakteristik  populasi. Semakin homogen karakteristik populasi, semakin sedikit sampel  yang perlu diambil. Sebaliknya, semakin hiterogen karakteristik  populasi, semakin besar sampel yang harus diambil.
10. Menentukan Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan  untuk mengukur variabel yang diteliti. Instrumen atau alat pengumpul  data harus sesuai dengan tujuan pengumpulan data. Sumber data dan jenis  data yangakan dikumpulkan harus jelas. Instrumen penelitian yang  digunakan harus memenuhi persyaratan validitas (kesahihan) dan  reliabilitas (keterandalan), paling tidak ditinjau dari segi isinya  sesuai dengan variabel yang diukur. Prosedur pengembangan instrumen  pengumpul data perlu dijelaskan tentang proses uji coba, analisis butir  tes, uji kesahihan dan uji keterandalan. 
Dalam penelitian deskriptif instrumen yang sering  digunakan adalah angket (kuesioner), pedoman wawancara dan pedoman  pengamatan. Jelaskan variabel dan faktor-faktor yang akan diukur, serta  jenis data yang akan dikumpulkan.
Berikut ini disajikan pengembangan instrumen angket  (kuesioner), pedoman wawancara dan pedoman pengamatan.  
Angket atau kuesioner
Teknik angket adalah salah satu cara untuk mengumpulkan  data atau informasi  siswa menggunakan serangkaian  pertanyaan yang diajukan kepada siswa secara tertulis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan  dalam menyusun angket sebagai berikut. Pertama, merumuskan tujuan yang  diinginkan dari penggunaan angket sebagai alat pengumpul data siswa.  Kedua, mengidentifikasi masalah yang menjadi materi angket dan  dijabarkan ke dalam susunan kalimat-kalimat pertanyaan. Ketiga, susunan  kalimat pertanyaan harus disesuaikan dengan kemampuan siswa. Menggunakan  kata-kata yang mudah dimengerti, jelas dan tidak bermakna ganda.  Keempat, dituntut kreatifitas penyusun angket agar diperoleh  obyektifitas jawaban. 
Teknik angket dibedakan menjadi dua, yaitu angket  terstruktur dan angket tidak terstruktur. Angket terstruktur bersifat  tegas, pertanyaan yang diajukan kepada siswa menuntut jawabab yang tegas  dan jawaban relatif lebih singkat. Sedangkan angket tidak terstruktur,  siswa diharapkan menguraikan jawaban secara lengkap leluasa dan terbuka.  (Kirkendal, Gruber, dan Johnson: 1980).
Berdasarkan bentuk dan jenis pertanyaan, angket  dibedakan menjadi tiga bentuk. Bentuk pertama adalah angket isian  tertutup. Jawaban yang diharapkan sudah tertentu dan diarahkan oleh  pembuat angket. Bentuk angket kedua adalah angket isian terbuka. Angket  ini menghendaki jawaban yang lebih luas dan lengkap. Bentuk ketiga  adalah angket dengan daftar cek. Siswa diminta menentukan jawaban yang  sesuai dengan memberi tanda cek (Ö)   pada daftar yang telah tersedia. Bentuk keempat adalah angket  pilihan ganda. Jawaban siswa terbatas pada alternatif jawaban yang telah  direncanakan penyusun angket dengan cara memilih jawaban yang sesuai.  (Suharsimi: 1989)
Wawancara (interview)
Teknik wawancara adalah cara mengumpulkan data tentang  siswa yang dilakukan dengan mengadakan percakapan antara pewawancara  (guru) dengan siswa yang sedang dikumpulkan datanya.
Dalam melaksanakan wawancara perlu  diperhatikan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, pewawancara  hendaknya dapat menciptakan hubungan yang baik dengan yang diwawancarai  agar jawaban dan pendapatnya dapat dikemukakan secara terbuka, obyektif  dan benar. Kedua, pewawancara perlu menciptakan situasi wawancara  sedemikian rupa sehingga siswa yang sedang diwawancarai  tidak  merasakan seperti diinterograsi. Ketiga, agar wawancara tidak  menyimpang dari apa yang ingin diperoleh, terlebih dahulu perlu disusun  materi wawancara sebagai pedoman bagi pewawancara. (Suharsimi: 1989)
Berdasarkan peranan yang dilakukan,  teknik wawancara dibedakan menjadi tiga jenis. Pertama, wawancara  berpedoman. Yaitu wawancara yang telah direncanakan menggunaka suatu  pedoman wawncara, sehingga wawancara sesuai dengan tujuan. Kedua,  wawancara terpusat, yaitu wawancara yang dilakukan terhadap siswa-siswa  tertentu yang diharapkan dapat diperoleh informasi yang ber-kaitan  dengan suatu obyek dan tujuan wawancara. Ketiga, wawancara berulang,  biasanya dilakukan untuk mengungkap perkembangan proses sosial pada  kurun waktu tertentu. (Suharsimi: 1989).
Berdasarkan jumlah orang yang diwawancarai dibedakan  menjadi dua jenis. Pertama, wawancara dilakukan terhadap satu siswa.  Biasanya wawancara ini untuk mengumpulkan informasi tentang  masalah-masalah siswa yang bersifat pribadi. Kedua, wawancara yang  dilakukan erhadap sekelompok siswa atau lebih dari satu siswa. Wawancara  ini digunakan untuk mengumpulkan informasi dari sekelompok siswa. yang  mempunyai masalah yang sama.
Pengamatan (observasi)
Teknik pengamatan atau observasi  dilakukan dengan cara mengamati tingkah laku siswa atau obyek sedemikian  rupa, diharapkan siswa atau obyek yang diamati tidak mengetahui bahwa  dia sedang diamati. Dalam melakukan pengumpulan data  mengguna-kan  teknik pengamatan ada beberapa yang perlu  diperhatikan.  Pertama, tujuan yang yang ingin dicapai harus ditetapkan lebih dahulu.  Kedua, kegiatan pengamatan direncanakan secara sistematis; mulai dari  instrumen, pelaksanaan pengamatan, pencatatan sampai dengan pengolahan  hasil. Ketiga, perlu diperhati-kan reliabilitas, validitas dan  obyeltifitas instrumen. Keempat, meskipun teknik pengamatan bersifat  kualitatif dan subyektif, diusahakan diperoleh hasil yang kuantitatif  dan obyektif. (Suharsimi: 1989)
Berdasarkan tujuan dan cara pengamatan, dibedakan  menjadi beberapa teknik pengamatan: Pertama, pengamatan partisipatif.  Dalam pengamatan partisipatif ini, pengamat ikut terlibat dan mengambil  bagia dalam kegiatan yang dilakukan siswa atau obyek yang diamati.  Misalnya, seorang guru ingin mengetahui kesungguhan dan keaktifan siswa  dalam suatu kegiatan belajar mengajar permainan  sepakbola;  maka guru harus  ikut terlibat langsung dalam permainan  sepakbola tersebut. Selain itu ada cara pengamatan kuasi-partisipatif,  yaitu pengamat harus ikut terlibat langsung dalam kegiatan atau  kadang-kadang hanya mengamati dari luar kegiatan saja. Kedua, pengamatan  sistematis. Sebelum melakukan pengamatan, aspek-aspek yang akan diamati  telah disusun dan diatur dalam suatu struktur pengamatan berdasarkan  katagori masalah yang akan diamati. Aspek-aspek yang akan diamati  dijabarkan dalam suatu instrumen pengamatan. Misalnya, pengamatan  tentang kemampuan kerjasama dalam bermain bola voli. Maka dalam  instrumen pengamat-an harus dijabarkan aspek-aspek tingkah laku pemain  bola voli yang merupakan indikator kemampuan kerjasama dalam bermain.  Ketiga, pengamatan eksperimental. Biasanya pengamatan eksperimental  dilakukan untuk mengetahui gejala-gejala atau perubahan-perubahan  sebagai akibat dari suatu situasi perlakuan eksperimen yang sengaja  diadakan. Contoh: pengamatan tentang sportifitas dalam bermain  bulutangkis jika tidak dipimpin oleh wasit. (Budiwanto: 2001)
11. Mengumpulkan Data
Setelah instrumen penelitian diperoleh, selanjutna  dilakukan pengumpulan data. Jelaskan langkah-langkah yang ditempuh dan  teknik yang digunakan untuk mengpulkan data. Dalam proses mengumpulan  data mungkin melibatkan petugas, maka harus dijelaskan kualifikasi dan  jumlahnya. Petugas pengumpul data perlu dilakukan koordinasi dan  penjelasan teknis pengumpulan data.  Kemudian tetapkan  jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan data. 
Prosedur yang dilakukan dalam proses pengumpulan data  dibagi menjadi dua tahap, yaitutahap persiapan dan tahap pelaksanaan.  Tahap persiapan terdiri dari persiapan yang bersifat konseptual, teknis  dan administratif. Tahap pelaksanaan pengumpulan data disesuaikan dengan  teknik pengumpulan data yang digunakan.
12. Menganalisis Data
Setelah diperoleh data dari hasil  pengumpulan data, tahap selanjutnya adalah . melakukan analisis data.  Berdasarkan sifat data yang dikumpulkan, analisis data hasil penelitian  dibedakan menjadi dua, yaitu analisis kualitatif dan analisis  kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk data yang bersifat  uraian kalimat yang tidak dapat diubah dalam bentuk angka-angka.  Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk data yang dapat  diklasifikasi dalam katagori-katagori atau diubah dalam bentuk  angka-angka. Analisis kuantitatif disebut juga analisis statistik.  Analisis statistik dibedakan menjadi dua, yaitu statistik deskriptif dan  statistik inferensial. Statistik deskriptif digunakan untuk  mendeskripsikan sifat-sifat sampel atau populasi. (Budiwanto: 1999).  Statistik inferensial digunakan untuk mengambil kesimpulan mengenai  sifat-sifat populasi berdasarkan data dari sample. 
Dalam penelitian deskriptif kegiatan  analisis data meliputi langkah-langkah mengolah data, menganalisis data  dan menemukan hasil. Mengolah data adalah proses persiapan sebelum  dilakukan analisis data, yaitu pencocokan (checking), pembenahan  (editing), pemberian label (labeling) dan memberikan kode (coding).  Kegiatan pen-cocokan adalah untuk mengetahui jumlah instrumen yang  terkumpul sesuai dengan kebutuhan dan mengecek kelengkapan lembar  instrumen. Kegiatan pembenahan meliputi mengecek kelengkapan pengisian  data, keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban, keajegan dan  kesesuaian jawaban, relevansi jawaban, dan penggunaan satuan data.  Kegiatan pemberian label adalah pemberian identitas secara spesifik  terhadap instrumen yang masuk, meliputi jenis instrumen, identitas  responden, stratifikasi, area atau kelompok. Kegiatan pemberian kode  adalah mengklasifikasi jawaban responden menurut jenis dan sifatnya  dengan cara memberi kode.   
Kegiatan selanjutnya adalah menganalisis data yang  meliputi mengklasifikasi data, menyajikan data dan melakukan analisis  statistik diskriptif atau prosentase. Data yang terkumpul  diklasifikasi  menjadi dua kelompok data yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.  Data yang bersifat kualitatif yaitu jawaban responden yang digambarkan  menggunakan kata-kata atau kalimat. Data kualitatif ini selanjutnya  dipisah-pisahkan menurut katagori yang digunakan untuk mengambil  kesimpulan. Data yang bersifat kuantitatif berupa angka-angka dapat  diproses dengan beberapa cara, antara lain menggunakan statistik  deskriptif atau prosentase. Statistik deskriptif antara lain rata-rata  hitung (mean), median dan modus. Kadang-kadang, setelah dianalisis  persentase kemudian ditafsirkan dengan kata yang bersifat kualitatif,  misalnya 86% --100% adalah baik sekali, 71% -- 85%  adalah  baik, 56% --70% adalah sedang, 46% -- 55% adalah kurang, dan 46% ke  bawah adalah kurang sekali. Teknik ini sering disebut teknik deskriptif   kualitatif dengan persentase. Berdasarkan analisis data tersebut  kemudian divisualisasikan dalam bentuk tabel, grafik atau diagram  secara jelas sebagi temuan hasil penelitian.  
