SELAMAT DATANG DI BLOG INI. MOHON MA'AF BILA ADA YANG KURANG BERKENAN. SEMOGA ARTIKELNYA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA.

Kisah Terbelahnya Laut Merah

“Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Fir’aun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”

Ayat ini masih menunjukkan kenikmatan yang diberikan Allah kepada Bani Israil sekaligus penjelasan salah satu mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun. Bagaimana tidak, dalam ayat tersebut dijelaskan betapa Bani Israil diberi kesempatan hidup yang lebih panjang setelah selamat dari kejaran Fir’aun.


Saat itu, Nabi Musa dan Bani Israil beserta pengikutnya melarikan diri dari kekejaman Fir’aun menuju daerah yang sekarang bernama Palestina. Setelah melalui lika-liku perjalanan panjang yang melelahkan, sampailah mereka di tepi pantai Laut Merah sementara di belakang, Fir’aun dan bala tentaranya mengejar dengan cepat dan sudah semakin dekat. Kebingungan luar biasa menyelimuti Nabi Musa dan kaumnya, dengan apa mereka bisa melintasi laut yang membentang di hadapan mereka? Saat itulah Allah menurunkan mukjizat dengan memerintahkan Nabi Musa a.s. menyeberangi laut yang ditengahnya Dia sediakan jalan kering. Selamatlah Nabi Musa dan kaumnya sampai di seberang sementara Fir’aun dan pengikutnya ditenggelamkan oleh Allah di Laut Merah sebagaimana dijelaskan-Nya dalam ayat berikut,

“Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: ‘Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam).’” (Q.S. Thaahaa [20]: 77)

Secara jelas ayat di atas menjelaskan bahwa perlintasan yang dilewati Nabi Musa a.s dan kaumnya di tengah-tengah lautan berupa jalan yang membentang. Jalan tersebut sengaja dibuat oleh Allah Swt. melalui tongkat Nabi Musa a.s. yang dipukulkan pada laut sebagaimana dijelaskan dalam ayat berikut,

“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: ‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu.’ Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.” (Q.S. Asy-Syu’araa’ [26]: 63)

Ayat ini sekaligus mementahkan adanya anggapan yang menyederhanakan dan merasionalisasi peristiwa tersebut. Ya, ada yang beranggapan bahwa Laut Merah yang dilewati Nabi Musa a.s. dan kaumnya kala itu memang sedang dalam keadaan dangkal. Saking banyaknya rombongan Nabi Musa a.s. dan kaumnya menyebabkan air laut yang dangkal tersebut seolah-olah terbelah menjadi dua dan di tengah-tengahnya membentuk jalan. Setiap belahan air membentuk gumpalan besar dan itulah yang kemudian menjadi ombak besar yang menyapu Fir’aun dan bala tentaranya tatkala mereka berusaha mengejar Nabi Musa a.s. dan kaumnya. Sungguh ini adalah sebuah anggapan yang tidak masuk akal mengingat keumuman kedalaman laut yang tidak merata. Mungkin satu bagian ada yang dangkal (terutama pantai) tapi bagian yang lain dari laut sudah pasti sangat dalam.

Begitulah, peristiwa tersebut Allah perlihatkan secara jelas sebagai bagian dari nikmat yang telah berikan kepada Bani Israil. Kehilangan musuh adalah nikmat yang besar, terlebih menyaksikan musnahnya musuh tersebut. Namun apa yang kemudian dilakukan oleh Bani Israil? Allah berfirman dalam ayat Al-Baqarah selanjutnya.